Senin, 12 November 2012

BENANG DAN JARUM 

Satu saat pernah aku menyaksikan orang sedang merenda, asyik sekali dia merenda sehingga dia tidak sadar bahwa aku sedang memperhatikan kerjanya.Tiap sebentar jarum itu timbul tenggelam di dalam kain diikuti oleh benang, ke manapun jarum pergi ke sana pula benang ikut. Tidak pernah benang bertingkah, membantah apalagi melawan, dan tak pernah terniat di hatinya untuk tidak patuh, atau sekali-sekali berlawanan arah dengan jarum. Ke manapun arah jarum ke sana pula benang mengikutinya.

Karena kepatuhan benang inilah maka tercipta renda yang sangat bagus. Sedangkan jarum sebagai pihak yang paling di depan, didahulukan selangkah - ditinggikan seranting sebagai pemimpin, dia sangat berani dan penuh perhitungan. Dia dapat menembus apa yang tak bisa di tembus oleh benang, dia dapat memasuki tempat-tempat yang tak dapat dimasuki oleh benang. Dia punya inisiatif dan dia punya innovatif. Benang sangat membutuhkannya untuk membantu dan menolong agar benang dapat sampai ke tempat yang dituju.

Aku terkesan sekali akan jalinan kerja sama yang dibina antara benang dan jarum. Tanpa benang jarum tidak bisa apa-apa begitupun sebaliknya tanpa benang jarumpun tak ada artinya. Jarum kalau sendirian, justru dia tajam dan bisa-bisa menusuk dan melukai jari serta dapat menimbulkan petaka. Jika orang tertusuk pedih, maka jarum menjadi umpatan dan sesalan. Untuk itu jarum jangan dibiarkan jalan sendirian, carikan dia teman, beri dia kesempatan dan beri dia pengawal. Kemudian suruhlah dia mengerjakan apa saja, maka apapun akan ditembusnya dan apapun akan ditelusurinya.

Benang, dia patuh dia penurut, tidak ada dalam kamusnya kata-kata membangkang, tak pernah dia melawan. Paling-paling kalau dia tak senang dan tak suka, karena tingkah laku jarum yang selalu berbelit-belit, maka benang itu akan kusut. Kalau di bawa dia berjalan berbelit-belit tapi tetap berputar di situ-situ juga, maka dia akan merajuk dia akan berganyi, dia akan protes, lalu dia akan kusut, sehingga fikiran orang yang melihatnyapun akan bertambah kusut. Kalau dipaksa dan tidak sabar untuk menyelesaikannya, maka kusut itu akan bertambah semrawut, menimbulkan kesal dan meyesakkan dada. Kalau tak pandai-pandailah memperbaiki benang kusut, maka kusut itu akan membelit diri sendiri, semakin ditarik dan dipaksa dia semakin kusut. Kusut masai dalam diri inilah yang akan mebikin binasa.
Tapi di manapun dan kapanpun selalu saja aku lihat, bahwa benang selalu patuh, selalu menurut, sami’na waata’na. Aku dengar dan aku ikuti kata benang. Waktu melihat tukang renda dan tukang jahit, aku sangat terkesan!

Hidup ini bagaikan benang dan jarum. Ada yang diikut dan ada pula pengikut. Kerja sama antara yang diikut dan pengikut inilah yang akan menghasikan renda serta sulaman yang aduhai indahnya. Ketekunan jarum keluar masuk tempat yang sulit, dan kesabaran benang mengikuti kehendak jarum agaknya perlu kita simak dan kita contoh.

Akhirnya setelah sulaman selesai, jarum tidak nampak, tidak kelihatan entah ke mana mengirapnya. Orangpun tak pernah mempertanyakannya lagi. Yang tampak dan yang tinggal hanyalah benang di atas sehelai kain, mengasilkan sulaman yang berwarna-warni, menimbulkan lukisan yang berharga dan mahal harganya. Di saat itu orang hanya memuji-muji, bagus benar benangnya, cantik benar warna benang yang dijalin dengan manisnya. Sulaman itu dipajang di dinding jadi hiasan, dijadikan baju yang bersulam dipakai pergi kenduri, si pemakainya bangga memamerkan baju itu kian kemari.
Yang dilihat, yang di banggakan dan yang di puji adalah hasil kerja sama antara benang dan jarum. Semula benang hanya menurut saja, akhirnya benanglah yang di pandang dan dinikmati dan dipuji-puji. Dari jauh jarum bersyukur, letihnya sudah terobati. Dia tidak cemburu dan dia tidak memprotes, dia tidak meminta supaya dikut-sertakan pula dalam pameran. Sewaktu pameran, jarum disimpan dalam kotak, diletakkan jauh-jauh, jangan sampai terlihat dan jangan sampai merusak acara. Dia dibiarkan sendirian, kedinginan, tanpa baju dan tanpa sehelai benangpun.

Dari balik kotak jarum bangga melihat, hasil pimpinannya, anak buahnya, pengikutnya sudah jadi lukisan dan sulaman yang indah, dikagumi! Diapun tidak menuntut terima kasih ataupun penghargaan. Biarlah dia dilupakan, asal hasil kerjanya dapat di nikmati dan di kagumi.

Entah ke mana pikiran aku melantun ke sana ke mari, entah ke mana dia menerawang, tapi alangkah inginnya aku melihat, pemimpin yang seperti jarum ini; rela berkorban, sanggup menembus dan menempuh kesulitan-kesulitan. Berani keluar masuk ke mana saja, bersedia dipanggang dan diasah supaya bertambah tajam. Dan tidak menuntut macam-macam setelah programnya selesai, serta
rela melihat pengikutnya dipuji-puji dan disanjung orang. Kemudian yang terakhir, bersedia di masukkan kembali kedalam kotak simpanan.

Untuk semua itu aku jadi teringat akan sebuah Firman Allah dalam surat An Nisaa’ ayat 32: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap yang di karunia Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.” Dan Surat Al Anbiyaa’ ayat 73 :"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan Kebajikan, mandirikan Shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah".

Akhirnya pada Surat Al Ahzab ayat 67:"Dan mereka berkata :"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-
pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar".

Kapankah negeriku akan mendapat pemimpin demikian? Kini hanya harapan belaka! Ya Allah berilah kami pemimpin yang amanah!

Barokallahu li walakum bil aayaat, Waladdikril hakiim. Wataqabbala minni waminkum tilawat, Innahu huwas-samiul aliim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar