DESKRIPSI
KARYA MUSIK “KA’
BENGAL”
Disajikan pada Parade Musik Daerah
Ke-5
Taman Mini Indonesia Indah Tahun 2016
Oleh : Joko Susilo
1. LATAR
BELAKANG
Sebagai sebuah
pulau yang dikelilingi oleh lautan, Madura sering disebut juga dengan nama
Pulau Garam, menjadi justifikasi bahwa sebagian besar mata pencaharian
masyarakat di pulau Madura sebagai petani garam, dan nelayan. Menjadi sebuah
penjelasan tentang profesi dasar dari sebagian besar masyarakat Madura yang
sangat menggantungkan sumber nafkahnya dari lautan. Karakteristik masyarakat
madura pada dasarnya banyak dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisi geografis
lahan pertanian tadah udan yang
cenderung tandus sehingga survivalitas kehidupan mereka lebih banyak
menggantungkan pada lautan sebagai sumber pencaharian utama. Merekapun dibentuk
oleh kehidupan bahari yang penuh dengan tantangan dan risiko sehingga
memunculkan keberanian jiwa dan fisik yang tinggi, berjiwa keras dan ulet,
penuh pecaya diri, defensif dalam situasi bahaya dan genting. Bersikap terbuka, lugas dalam bertutur, serta
menjunjung martabat dan harga diri. Watak dasar bentukan dari iklim bahari
tersebut menjadi cerminan dari ekspresi kehidupan bersosial dan berbudaya
masyarakat Madura.
Namun harus diakui
bahwa bawaan dari perangai, perilaku, dan sikap orang Madura yang pada dasarnya
sangat tegas dan kemudian terimplementasikan dalam perangai, sikap dan perilaku
spontan dan ekspresif ini kadangkala muncul dalam takaran yang agak berlebihan.
Sehingga makna ketegasan yang terkandung di dalamnya dapat bergeser menjadi
“kekerasan”. Namun pergeseran ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya
kondisi-kondisi yang membentuknya. Kondisi sosial budaya yang paling kuat
adalah ketika orang Madura merasa dilecehkan harga dirinya sehingga mereka
merasa tada’ ajina (tidak ada harganya).
Hal yang terjadi pada kasus-kasus Carok adalah sebagai gambaran terhadap
pelecehan harga diri.
Bagi
sebagian masyarakat yang memiliki keterbatasan bergaul dan bergelut dengan
lautan memilih profesi sebagai petani
dan pedagang, sebagian lagi pergi merantau dan menyebar ke berbagai wilayah di nusantara. Barangkali
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di bagian mana pun dari wilayah Negara
Kesatuan RI dapat ditemukan orang Madura, sebagai individu, dalam kelompok
besar maupun kecil. Hal ini menandakan bahwa daerah tujuan merantau orang
Madura mencakup seluruh pelosok Tanah Air dan telah berlangsung beberapa abad
yang lalu. Misalnya, di daerah Puger (pantai selatan Jawa Timur termasuk
wilayah Kabupaten Jember) telah ada masyarakat Madura sebelum dibukanya
perkebunan pada awal abad ke-19. Pada umumnya daerah tujuan utama orang Madura
merantau adalah ke Pulau Jawa, kemudian ke pulau-pulau lain di Indonesia
termasuk Kalimantan.
Sebagaimana
pada umumnya perantau, tujuan utama merantau orang Madura adalah berdimensi
ekonomik, yaitu untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik. Pada perkembangan
selanjutnya tak luput dari dimensi sosial-budaya. (A.Latif 2008:2). Jika orang
Madura pergi merantau maka yang akan dituju pertama kali adalah sanak
keluarganya yang lebih dahulu berada atau bermukim di sana. Sebagai pendatang
baru, terutama bagi mereka yang pada dasarnya berasal dari kelompok sosial
ekonomi marginal, mereka tetap membutuhkan tempat penyanggah sebelum berhasil
meraih penghidupan yang lebih baik.
Keberhasilan
perantau Madura secara ekonomik ditandai
dengan tingkatan kehidupan yang lebih baik daripada rata-rata tingkatan kehidupan penduduk asli sudah secara umum diakui karena keuletan orang Madura dalam mencari nafkah. Keuletan ini merupakan manifestasi dari ungkapan kar-karkar colpe' yang dipegang teguh oleh orang Madura dalam mencari nafkah. Lebih jelasnya, orang Madura akan selalu berperilaku layaknya seekor ayam yang mencakar-cakar tanah mencari makanan meskipun yang didapat hanya sedikit tapi terus saja dilakukan penuh semangat dan keuletan sampai akhirnya kenyang. Misalnya ketika mereka secara terang-terangan melakukan transaksi bisnis (jual-beli) emas di depan toko emas, atau menjajakan perangko (termasuk amplop dan kertas surat) di kawasan kantor pos dengan rasa percaya diri dan tanpa rasa takut akan menderita kerugian.
dengan tingkatan kehidupan yang lebih baik daripada rata-rata tingkatan kehidupan penduduk asli sudah secara umum diakui karena keuletan orang Madura dalam mencari nafkah. Keuletan ini merupakan manifestasi dari ungkapan kar-karkar colpe' yang dipegang teguh oleh orang Madura dalam mencari nafkah. Lebih jelasnya, orang Madura akan selalu berperilaku layaknya seekor ayam yang mencakar-cakar tanah mencari makanan meskipun yang didapat hanya sedikit tapi terus saja dilakukan penuh semangat dan keuletan sampai akhirnya kenyang. Misalnya ketika mereka secara terang-terangan melakukan transaksi bisnis (jual-beli) emas di depan toko emas, atau menjajakan perangko (termasuk amplop dan kertas surat) di kawasan kantor pos dengan rasa percaya diri dan tanpa rasa takut akan menderita kerugian.
Latar belakang budaya yang terbentuk dari
akumulasi berbagai situasi dan kondisi
sosial masyarakat Madura yang berwatak keras, polos, terbuka dan hangat,
religius, berani dan pekerja keras, sebagi cerminan dari bentuk-bentuk kesenian
yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Madura. Sebut saja tari
Muang Sangkal yang dalam unsur-unsur geraknya mengandung simbol-simbol ajaran
agama Islam, seni pertunjukan sandur yang merupakan salah satu bagian dari
kegiatan upacara ritual yang bersifat adat, musik hadrah, kesenian Mamaca, yang merupakan representasi dari pandangan hidup
yang sangat Islami dari masyarakat Madura. Demikian juga dengan musik saronen
sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pertunjukan karapan sappe, musik ghul-ghul,
kenong telo’ , dari permainan instrumennya
menyajikan nuansa musikal yang sangat dinamis dan tegas, sangatlah
sesuai dengan karakteristik dari masyarakat Madura.
Pemanfaatan
kekayaan alam sekitar sebagai alat musik
merupakan suatu sikap kebijaksanaan dalam salah satu kehidupan berkesenian di
Madura. Sebut saja yang terjadi pada Musik Thong-thong,
musik Okol sebagai yang mengiringi kegiatan perlombaan
merpati, ojhung (pertarungan dengan
rotan), keket (gulat), sebagian besar
alat musiknya berjenis kenthongan yang
terbuat dari bambu ataupun kayu. Demikian pula dengan jenis kesenian Galundhang, sebuah orkestrasi gamelan
yang semua instrumennya terbuat dari bambu maupun kayu. Bukan terbuat dari
logam. Suatu sikap kearifan lokal dalam mengormati alam yang sejalan dengan
karakter sosial budaya, dan dari segala sendi kehidupannya.
2. JUDUL
Pemilihan kalimat sebagai judul dengan menggunakan Bahaa Madura dimaksudkan
untuk lebih mendekatkan pada karakter yang sejiwa dengan tema yang diangkat sebagai landasan
penciptaan karya musik. KA’ BENGAL
terdiri dari dua buah suku kata yakni ; KA’
merupakan penggalan dari kata KAKA’
(Indonesia : kakak). Adalah sebutan atau panggilan bagi laki-laki Madura yang
usianya lebih tua, atau dimaksudkan untuk lebih menghormati. Sedangkan BENGAL artinya berani.
Penggabungan keduanya dapat
memiliki arti “laki-laki (madura) yang berani”
KA’ BENGAL merupakan judul dari karya musik yang
berlatar tradisi musik madura, sebagai ungkap ekspresi dari sikap dan sifat
laki-laki madura dalam berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.
3. SINOPSIS
Ulet,
berani, pekerja keras, adalah karakter lelaki madura yang terbentuk oleh
typologi alam kepulauan yang tandus dan gersang. Daya juang yang sedemikian
kuat, berani beresiko dan bahkan berspekulasi, menunjukkan bahwa bagi lelaki
madura, tidak ada yang tidak mungkin untuk dapat diraih. Bekerja keras untuk bekal
kemakmuran di dunia dan kedamaian pada saat nanti menghadapNya.
Gambaran
akan perjuangan dalam meraih cita tersebut diekspresikan dalam sebuah komposisi
musik dengan judul ‘KA’ BENGAL’. Di
dalamnya tertuang berbagai materi yang ditata secara kreatif, apik dan dinamis
dengan memanfaatkan idium-idium garap musik etnik madura. Kenong
telo’, thong-thong, saronen, kejungan,dan trebangan, adalah wilayah konsentrasi garap yang dipadukan dengan
permainan ritme pada gamelan untuk menjadi satu kesatuan garap komposisi yang
utuh.
4. IDE
GARAP
Ketika tanah tidak
lagi dapat menopang keberlangsungan hidup berkecukupan apalagi berlebih,
manakala lautan semakin pelit memberikan isi perutnya untuk menyangga kebutuhan
hidup, maka Tuhan selalu memberikan kekayaan alternatif untuk dimanfaatkan bagi
pemenuhan hidup keluarga. Keberanian dan kenekatan untuk merantau, berekspansi
ke daerah lain di luar bumi kepulauan yang ditinggalinya merupakan anugrah luar
biasa bagi masyarakat madura, utamanya bagi kaum lelaki. Berhijrah bahkan tanpa
membekali diri dengan pengetahuan dan ketampilan yang mumpuni. Hanya keberanian,
ketekunan, keuletan, dan ketaqwaan sebagai bekal utama untuk berjuang mengais
hidup.
Keberanian dalam
menghadapi tantangan dan rintangan, ketekunan dan keuletan dalam bekerja,
merupakan nilai-nilai perjuangan yang pantas diteladani dari lelaki madura.
Seakan tiada pekerjaan apapun yang tak bisa dikerjakan, gengsi, malu, sungkan
adalah bahasa yang tak pernah dikenal. Perjuangan hidup adalah sebuah value
yang agaknya sangatlah pantas untuk diangkat dalam karya musik dengan
judul “Ka Bengal” ini. Di dalamnya berupa penggarapan dari rangkaian
suasana, ekspresi dari beragam peristiwa perjuangan hidup yang dialami dan
dilakukan oleh lelaki madura. Rangkaian suasana tersebut dituangkan dalam
penggarapan materi-materi yang berangkat dari musik tradisi masyarakat madura.
5. KONSEP
GARAP
Materi garap dalam
karya ini berangkat dari
mengolah dan memanfaatkan
idium-idium garap musik tradisi madura baik
instrumenal dan ataupun vokal yang
hidup dan berkembang di wilayah budaya Jawa Timur. Penggarapan material tersebut
tentunya tetap mempertimbangkan kesejajaran dan kesesuaian yang sejiwa tema
sebagai landasan karya, dengan harapan agar lebih mudah dikuasai, dicerna dan
disajikan, sekaligus sebagai salah satu media penyampai pesan-pesan kepada
generasi muda.
Pendekatan garap memanfaatkan berbagai
unsur garap pada budaya musik
etnik Madura dengan penekanan pada pengolahan ritme, dinamika, melodi, tempo, irama, birama, cengkok dan lain sebagainya. Sebagai sarana ungkap dari
peristiwa yang menghasilkan berbagai suasana, materi-materi tersebut diramu, dipadukan dan
diselaraskan dengan materi-materi baru hasil dari olah kreatif. Dari proses
meramu berbagai jenis materi tersebut dalam penyajiannya diharapkan mampu
berdiri sebagai sebuah komposisi musik yang utuh, menarik dan
berbobot baik dari segi isi maupun wujudnya.
Penyajiannya
dikemas dalam sebuah pertunjukan konser musik
tradisi dengan durasi lebih kurang 6 menit (batasan durasi ditentukan panitia
yakni 5-7 menit). Di dalamnya merupakan
penggarapan dari beberapa materi tradisi
misalnya : kejungan lan-jalan, kenong telo’,
trebangan banjari, saronenan, pelog temor, musik thong-thong, dan lain sebagainya. Bermacam materi tersebut diolah
sehingga bisa jadi menghasilkan cita-rasa yang berbeda namun diupayakan tidak
meninggalkan esensi dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Penggarapan tata gerak dari pemusik
disajikan sebagai bentuk ekspresi musikal yang
diharapkan dapat lebih memperkuat karakter dari masing-masing materi, utamanya
pada wilayah totalitas penyajian sebagai sebuah pertunjukan.
6. RICIKAN
DAN TATA LETAK
Karya musik
tradisi “KA’ BENGAL” ini menggunakan
ricikan tradisi Madura terdiri dari ; dhug-dhug/thong-thong, saronen, suling,
rebana/trantam, yang dipadu dengan
ricikan gamelan laras slendro terdiri dari ; bonang barung, demung, sarin dan
kempul. Demi memudahkan komunikasi antar pemusik, selain dari pertimbangan
artistik maka tata letak ricikan ditata sebagai berikut :
Keterangan :
1 :
|
Dhug-dhug 1
|
9 :
|
Saron 1, saron 2
|
2 :
|
Dhug-dhug 2
|
10 :
|
Dhug-dhug 4
|
3 :
|
Dhug-dhug 3
|
11 :
|
Demung 1
|
4 :
|
Bonang Barung
|
12 :
|
Dhug-dhug 5
|
5 :
|
Rebana/Trantam
|
13 :
|
Dhug-dhug 6
|
6 :
|
Kendang
|
14 :
|
Demung 2
|
7 :
|
Saronen, Suling
|
15 :
|
Jidor
|
8 :
|
Kempul
|
7.
DESKRIPSI SAJIAN
1. INTRODUKSI : Buka Bonang
_# . j@! j.6 j66 j66 6 j6! j!6 j!! j6! j!6 j!! j^! j53 g2
_5 6 1 g2 _ 31/2
j.5 3 j.6 j53 j56 j.6 j53 2 j21 j.6 j.5 3 5 6 . g1
. . . ! . . . ! . . . ! 2 3 5 g6
j@! j.@ j!6 5 j@! j.@ j!5 6 5 ! 5 6 3 2 1 g6
j61j 23 2 j13 j.1 2 j65 j32 j.2 j35 g6
2. Trek Trekan;
. j.6 . j.2 j.5 6 . j.6 . j.1 j.2 3
_. 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3_2x
3. Vokal
@ # # # 3 3 z3x c2
O di’ di- ka
ka-nak leek
@ @ @ @ # @ ! 6
Jhe perak
ngal Bengal marde
Balungan
Isen isen
z2c3 z2c3 z1x2c3 z1x3c2
balungan
# # # % # @ z!x@x#x %x
c#
Ka de- je
me -lli -a sarkaje
le’
# # # # @ z!x@x!c^
Dher di -ka odik’e se
molje
g6
_. 3 . 2 . 1 . 6 . 3 . 5 . 3 . 2
. 1 . 6 . 2 . j12 j.3 2 j16 j.1 2 2 1 6
. . . 3 . 5 . 6 j61 j.3 j21 6
4. Perkusi
_jBBj.B jBB j.B B B jBB gB_8x
_I P I I P B_2x
5. Terbangan
_. . jBB . . jBk.B j.B B_ 2x
_. j.B . j.B . jBk.B j.B B_
2x
_. . jBB . . jBk.B j.B B_ 2x
Transisi
jBI j.B I jBI j.B I jII
6. Bonang
_@ j6! j.5 j.6 j.3 j33 5 ! j.2 j22 2 3 j.2 j22 2 3_2x
@ 5 6 . 1 z@c! . 6 z1c2 z3c2 z3c5 6
Kenong telok
_5 3 5 2_ 8x
jBI jIB jBI jIB jBB jBI jII I
7. Vokal Koor
.
. . . j@jjk.6 j.@ . . j#k.! j.# . . j!k.5 j.! . . @
Tak sa -la tak
lo - pot
paste -na be-
. 6 ! g@
ngal ma- te
8. Dug Dug
_. . j.B . . . j.B . j.B . j.B . . jBB B g.
. . j.B . . . j.B . j.B . j.B . <
Sronen
_@ @ ! #@!# @!# @! 6
Balungan
g2
_j23 j.3 2 j35 j.5 3 j56 j.6 5 j35 j.3 g2_4x
_. j.2 j22 . . j2k.2 j.2 g2_2x
j.1 j.2 g3
_3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9. Kendangan
B I B I B I B I B I B I B B B j.B
jOB jIk1I BI O jOB jIk1I BI O
Balungan pelog temor
_. . . . . j61 j61 2 . . . . . 2 . 2
. . . . . j61 j61 2 . . . . . 2 . 2
. . . . . j12 j12 3 . . . . . 3 . 3
. . . . . j61 j61 2 5 3 2 5 3 6 1 2
5 3 2 5 3 6 1 2 5 3 j.2 1
11. Dug dug
. . . . . . . j_jBB j.I j.B I jBB j.I j.B I jBI
jIB jII jBI jIB jIB I . jBjk.B j.B jIk.Ij.I j.B jIB I . jBI
j.B IjBI j.B jBB jBI I _2x
Vokal
5 6 # @ ! . . @ #
Oreng Ma -du -ra ya- le
gjBk.I
_j.B j.I jBI
jBjjjk.I j.B j.I jBI gB
_. j56 j56 ! @ zj5c6 j56 ! . j56 j56 ! @ 6 j6@ !
Jek ko’ tako’ di - ka mun
tak salah mun dika takok di -ka
sesossa
. . ! @
Ya-le
12. Terbangan
gjBk.I
_j.B j.I jBI
jBjjjk.I j.B j.I jBI gB
5 6 # @ ! . . . j@# j.@ # j@3 j.@ # . .
Kacong Ma -du -ra ya-leya- le ya-le ya- le
% # @ # !
Kacong Madu ra
13. Penutup
jg!5
j6! j56 j!5 j6! j56 j!6 j53 j21 j23 j12 j31 j23 j12 j35 j32 1
3 5 6 ! j6! j.6 j.5 j.3 5 j32 j.3 j21 ! j.! . !
j.! . j!! j!!
Sumber
bacaan:
Wiyata, Abdul Latif. 2002 & 2006 ,
Carok : Konflik Kekerasan dan Harga Diri
Orang Madura. Yogyakarta: LkiS
Wiyata, Abdul Latif. 2008 , Manusia Madura: Pandangan Hidup, Perilaku
dan Etos Kerja. Pemetaan Kebudayaan Jawa Timur. Kompyawisda, Jawa Timur.
Rifai, Mien Ahmad. 2007. Manusia Madura. Yogyakarta: Pilar Media.
Lampiran
:
1.
Daftar
Nama Pemusik
Komposer :
Muhammad Maskur
NO.
|
NAMA PEMUSIK
|
INSTRUMEN/RICIKAN
|
1.
|
Muhammad Maskur
|
Dhug-dhug
1, trantam (rebana)
|
2.
|
Mochamad Pungky Hartono
|
Dhug-dhug
2, trantam (rebana)
|
3.
|
Muhammad Ihwan
|
Demung
1, Jidor
|
4.
|
Catur Fredy Wiyoga
|
Saronen,
Suling, Trantam (rebana)
|
5.
|
Nodia Indra Saputra
|
Demung
2, trantam (rebana)
|
6.
|
Bayu Sugianto
|
Saron
1, trantam (rebana)
|
7.
|
Yudistira Sugma Nugraha
|
Dhug-dhug
3, trantam (rebana)
|
8.
|
Adlin Mustika Alam
|
Saron
2, dhug-dhug 4, trantam (rebana)
|
9.
|
Eko Putera Pribadi
|
Bonang
barung
|
10.
|
Yatimin
|
Bonang
barung
|
11.
|
Yusuf Setiawan
|
Kempul
|
12.
|
Karvian Vega Alvian
|
Kendang
|
13. Foto-foto latihan dan
pergelaran
|
Foto
1. Latihan di kampus STKWS
|
Foto
2. Latihan di Kampus STKWS
|
Foto
3. Cek Sound & Orientasi Pentas
|
Foto
4. Tim Pemusik
|
Foto
5. Pertunjukan
|
Foto
6. Penyaji Terbaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar